Kerajinan kayu di Jepara menjadi kekuatan utama sebagai ciri industri dan terbukti mampu menyumbang 34,56% PDRB atau jumlahnya lebih dari 7.460 unit usaha dengan nilai produksi lebih dari 3,8 Triliun rupiah dan menyerap lebih dari 86 ribu tenaga kerja sepanjang Tahun 2018 (jepara.go.id, 2019). Maka adanya produk baru dari sektor kerajinan kayu menjadi peluang dan tantangan bagi UMKM di Kabupaten Jepara. Salah satu produk tersebut adalah Mabkhara atau tempat membakar dupa dalam tradisi masyrakat arab yang mulai dipakai oleh masyarakat Indonesia. Produk Mabkhara dari hasil olahan kayu menjadi kekuatan utama sebagai ciri khas produk kota Jepara, kualitas barang yang bagus dibanding dengan para pesaing yang lebih dulu memulai usaha mampu membuat produk ini diterima di masyarakat. Namun di sisi lain minat masyarakat Jepara khususnya para kaum muda terhadap keterampilan mengolah kayu mulai mengikis, sehingga regenerasi para perajin kayu semakin langka dan kondisi kerajinan kayu semakin terancam. Maka diperlukan strategi pengembangan produk untuk mengetahui langkah strategis yang digunakan agar produk olahan kayu khas Jepara dapat dipertahankan.
Penelitian ini berusaha memecahkan masalah dengan menggambarkan problematika yang terjadi dengan mengumpulkan data-data baik data primer maupun data sekunder dengan metode analisis SWOT. Metode Kualitatif yang digunakan adalah sebagai alat untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang memepengaruhi perkembangan produk kemudian dirumuskan sehingga mendapatkan hasil-hasil strategi yang seharusnya digunakan untuk keberlangsungan kedepannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk yang diidentifikasi menunujukkan hasil strategi ST, yaitu dengan menciptakan strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada. Strategi yang dapat digunakan diantaranya adalah: Memperbanyak penjualan, Mempertahankan Nilai (Ciri Khas) Jepara, Menciptakan model baru, Memunculkan fungsi lain selain sebatas sebagai tempat membakar dupa.