Kawin Paksa adalah salah satu rentetan kejadian yang kerap kali terjadi di dalam urusan perkawinan (munakahat). Perkawinan secara paksa merupakan suatu penyimpangan dan kekerasan terhadap anak, salah satu bentuk kasus kekerasan anak adalah perjodohan paksa. Efek tindakan ini dapat lebih parah ketimbang kekerasan fisik walaupun terkadang kawin paksa berakhir Happy Ending , berupa kebahagiaan rumah tangga, namun dari kasus yang terjadi dampak negative lebih dominan. Perumusan masalahnya adalah : (1), Bagaimana mengetahui praktek kawin paksa di desa Bawu Kecamatan Batealit kabupaten Jepara. (2), Apa factor penyebab terjadinya kawin paksa dan (3), bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek kawin paksa di Desa Bawu Kecamatan Batealit kabupaten Jepara. Adapun tujuan dari penelitian ini: (1), Untuk mengetahui praktek kawin paksa yang terjadi di desa Bawu Kecamatan Batealit kabupaten Jepara.(2), Untuk mengetahui apa factor penyebab terjadinya kawin paksa,(3), Mengetahui lebih jauh bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan kawin paksa di desa Bawu Kecamatan Batealit kabupaten Jepara. Metode penelitian ini adalah kualitatif study lapangan dengan wawancara dan melalui cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode ini berfungsi sebagai cara untuk mengerjakan dan mengarahkan sebuah penelitian supaya mendapatkan hasil yang optimal.Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : (1). Kawin paksa di desa Bawu ditemukan beberapa kasus kawin paksa. (2). Bahwa kawin paksa tersebut terjadi karena disebabkan beberapa hal, antara lain karena di dalam masyarakat Desa Bawu Kecamatan Batealit yang paling menonjol adalah dalam hal keturunan (nasab), pertimbangan masalah harta dan orang tua beranggapan bahwa pilihannya itulah yang terbaik, faktor ekonomi, adanya ketakutan orang tua melihat pergaulan anak muda zaman sekarang yang begitu bebas, merasa berhutang budi, dan si anak tidak ingin mengecewakan orang tua dan keluarganya. (3). Dalam pandangan hukum Islam bahwa kawin paksa hukumnya sah menurut fiqih selama rukun dan syarat pernikahan terpenuhi, namun hal itu perlu dihindari karena pernikahan yang dilakukan atas dasar paksaan akan berdampak ketidakharmonisan dalam kelanjutan hubungan rumah tangga.