Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui kepemimpinan pendidikan pesantren menurut K.H. Abdurrahman Wahid, 2) Mengetahui model pendidikan pesantren menurut K.H. Abdurrahman Wahid yang berisi tentang metode, evaluasi dan manajemen pendidikan pesantren.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research). Penelitian ini bersifat kualitatif. Secara metodologis, tata cara mengungkapkan pemikiran seseorang ataupun pandangan kelompok orang adalah dengan menggunakan penelitian secara kualitatif. Dalam penelitian ini terdapat dua macam data yakni data primer dan data sekunder, buku “Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren” karangan K.H. Abdurrahman Wahid yang diterbitkan oleh: LKiS Yogyakarta sebagai data primer. Sedangkan sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung dari subjek penelitiannya, akan tetapi dapat mendukung atau berkaitan dengan tema yang diangkat dan dalam penelitian ini data sekundernya antara lain adalah: buku-buku yang berkaitan dengan tema yang diangkat, jurnal, serta majalah. Sedangkan metode analisa data menggunakan analisis isi (Content Analysis) yaitu metode analisis yang diarahkan pada materi atau teks yang terdapat dalam buku primer.
Pendidikan pesantren menurut K.H.Abdurrahman Wahid: Pola kepemimpinannya menggunakan watak kharismatik, namun terdapat kerugian-kerugian mesti begitu tidak harus dihilangkan, dengan demikian akan diperkuat dengan sifat baru yang akan mampu menghilangkan kerugian-kerugian tersebut yaitu dengan diktum yang sudah terkenal dikalangan pesantren yaitu “Memelihara hal-hal baik yang telah ada, sambil mengembangkan hal-hal baru yang lebih baik”, selain itu kepemimpinan dinamis juga sangat diperlukan dalam kepemimpinan, yang mana mampu menangani persoalan baik secara lokal, regional maupun nasional. Model pendidikan pesantren meliputi tiga macam yaitu: Metode bandongan, sorogan, ceramah, hafalan, keteladanan (modeling), dan kritik. Dengan banyaknya metode yang di berikan maka kemungkinan besar peserta didik akan cepat faham dengan apa yang dipelajari. Evaluasi: menurut Gus Dur, yang harus ditanamkan pola pendidikan yang berorientasi proses yaitu, proses lebih penting dari pada hasil. Tatanilai yang menekankan pada fungsi mengutamakan beribadah sebagai pengabdian dan memuliakan guru, namun seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan pesantren juga tetap harus mengikuti perkembangan zaman yang ada dengan tidak meninggalkan dan tetap harus mempertahankan identitas dirinya sebagai penjaga tradisi keilmuan klasik, dalam arti tidak larut sepenuhnya dengan modernisasi, mengambil sesuatu yang dipandang manfaat positif untuk perkembangan. Manajemen: dalam manajemen pendidikan pesantren, pondok pesantren diarahkan pada manajerial yang aplikatif, inklusif dan fleksibel sehingga proses pembelajaran dalam pendidikan pesantren tidak monoton.