Nalendra Galery Jepara merupakan perusahaan yang memproduksi kain batik yang mempunyai 2 jenis output yaitu batik tulis dan batik cap. Menurut kenyataan yang ada dilapangan bahwa Nalendra Galery Jepara dalam penentuan harga pokok produksinya masih menggunakan sistem konvensional dengan cara menghitung semua jumlah biaya pengeluaran output yang diproduksi kemudian membagi dengan jumlah output yang dihasilkan, padahal sistem perhitungan konvensional ini kurang akurat dalam penentuan harga pokok yang sifatnya heterogen. Oleh sebab itu metode activity based costing merupakan metode yang cocok untuk produk batik Nalendra Galery Jepara karena metode ini sesuai dengan keadaan dilapangan dan hasilnya lebih akurat. Tujuan penelitian ini yaitu: 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana penentuan harga pokok produksi yang digunakan UKM Batik Nalendra Galery Jepara. 2) Untuk menghitung harga pokok produksi menggunakan activity based costing di UKM Batik Nalendra Galery Jepara. 3) Untuk menganalisis perbandingan antara metode konvensional dengan metode activity based costing.

Objek penelitian ini adalah biaya yang menjadi fokus dari aktivitas dalam Usaha Batik Nalendra Galery Jepara untuk menentukan alokasi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produk. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif berdasarkan explanatory research, yaitu penelitian yang tujuannya untuk mengungkapkan atau menjelaskan secara mendalam tentang variable tertentu dan penelitian ini bersifat deskriptif.

Hasil penelitian adalah harga pokok produksi dengan sistem Activity Based Costing pada kain batik tulis sebesar Rp 536.344,87. Sedangkan jika menggunakan sistem konvensional harga pokok produksi kain batik tulis sebesar Rp 527.885,71 lebih murah Rp. 8.459.16 per unitnya daripada sistem Activity Based Costing . Harga pokok produksi menggunakan sistem Activity Based Costing pada batik cap sebesar Rp 132.904,05 Sedangkan jika menggunakan sistem konvensional harga pokok produksi kain batik sebesar Rp 133.700,00 lebih mahal Rp. 795,95 per unitnya daripada sistem Activity Based Costing