Ketika melihat zakat sangat berkontribusi besar terhadap penunjang perekonomian umat, maka dewasa ini lembaga-lembaga yang berperan dalam pengelolaan zakat, mengembangkan pendayagunaan zakat terutama cara pendistribusiannya kepada para mustahiq dengan istilah zakat produktif. Wacana tentang zakat produktif ini merupakan metode alternatif dari pendisribusian zakat secara konvensional yang dipandang kurang efektif dan tidak tepat sasaran. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui praktik zakat produktif di LAZISMU Jepara dalam perspektif hukum Islam.
Metode peneitian yang digunakan penulis ialah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dalam jenisnya merupakan penelitian lapangan, yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (LAZIS) Muhammadiyah Jepara dengan menganalisa dan menyajikan fakta tentang praktik zakat produktif secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Selanjutnya teknik pengumpulan data dalam penelitian ini salah satunya dengan metode wawancara yaitu dengan berhadapan langsung dengan nara sumber yang diwawancarai melalui daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh penulis sebelumnya.
Kesimpulan yang penulis dapat dari penelitian ini praktik zakat produktif yang dilaksanakan oleh LAZISMU Jepara yang dibantu oleh instansi keuangan (BMT Fastabiq sebagai operator operasional) dengan menerapkan sistem qarḍul hasan yakni pinjaman modal dana bergulir kepada mustahiq dalam program Kelompok Usaha Bersama (KUB) dengan jumlah modal yang berbeda berdasarkan skala prioritas. Dalam praktik tersebut mustahiq mengembalikan jumlah modal itu sesuai/sama dengan jumlah awal yang diberikan tanpa adanya bunga. Dan ketika mustahiq tidak dapat mengembalikan pinjaman modal tersebut, maka selain menjadi penyedia dana zakat, LAZISMU Jepara juga menanggung pinjaman tersebut. Menurut K.H. Sahal Makhfudz zakat adalah merupakan media (wasail) yang disediakan Islam untuk mencapai keadilan sosial, dalam arti sebagai mekanisme penekanan akumulasi modal pada sekelompok kecil masyarakat untuk mengatasi problem kemiskinan umat agar tercipta keharmonisan dalam masyarakat.