Penelitian ini merupakan penelitian yang mengungkapkan urgensi revolusi mental dalam pendidikan menurut Prof Dr. H. E. Mulyasa, M.Pd., terutama revolusi mental untuk dijadikan sebagai landasan pembangunan karakter bagi personel pendidikan. Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pendidik, karena pendidik merupakan faktor pertama dan utama yang bertugas mendidik dan membentuk karakter peserta didik. Latarbelakang penulis mengkaji revolusi mental bagi pendidik karena pada saat ini kualitas pendidik di Indonesia semakin menurun, mereka memiliki mental yang lemah, matrealistis, hedonis, bahkan banyak terjadi kasus kekerasan dan tindakan asusila yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik. Jika mental pendidiknya saja lemah, lalu bagaimana dengan mental peserta didiknya??
Penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan (Library Research), yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dipecahkan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan cara mendiskripsikan dan menganalisa pemikiran Prof. Dr. H. E.Mulyasa, M.Pd., tentang urgensi revolusi mental bagi pendidik dan upaya yang dilakukan oleh Prof. Dr. H. E. Mulyasa dalam membangun karakter pendidik dengan menerapkan konsep revolusi mental dalam bukunya yang berjudul Revolusi Mental dalam Pendidikan. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis data kualitatif, yaitu penelitian yang tidak menekankan kuantum atau jumlah, melainkan lebih menekankan pada segi kualitas secara alamiah karena menyangkut pengertian, konsep, nilai serta ciri-ciri yang melekat pada objek penelitian.
Dari hasil pengolahan data, penulis dapat menyimpulkan bahwa urgensi revolusi mental bagi pendidik adalah untuk meningkatkan kualitas kepribadian dan kualitas kinerja pendidik. Selain itu, revolusi mental bagi pendidik juga bertujuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit mental yang diderita oleh pendidik yaitu penyakit Virus Ebola (Enggan Belajar Otaknya Lamban, TBC (Tidak Bisa Computer), Kurap (Kurang Aplikatif), Kudis (Kurang Disiplin), Asma (Asal Masuk), Hipertensi (Hiruk Persoalkan tentang Sertifikasi), Mual (Mutu Ujian Amat Lemah), Asam Urat (Asal Selesai Mengajar, Materi Usang Kurang Akurat), Kram (Kurang Terampil), Gatal (Galau Tanpa Alasan), Tipus (Tidak Punya Selera), Koreng (Kurang Objektif, Ribet, Enggan Bertanggung Jawab), Virus SMS (Susah Melihat Orang Lain Senang), Lesu (Lemah Sumber), Liper (Lemah Ilmu Pengetahuan), Kuman (Kurang Manfaat), dan penyakit Diabetes (Dihadapan Anak Bekerja Kurag Serius). Adapun upaya yang dilakukan oleh Prof. Dr. H. E. Mulyasa, M.Pd., dalam membangun karakter pendidik dengan menerapkan revolusi mental adalah dengan cara menerapkan konsep: Be A Smilling Teacher, Melawan Setan, dan, Meniatkan Mengajar sebagai Ibadah. Revolusi mental bagi pendidik juga harus bisa membangun karakter yang unggul pada diri pendidik, adapun karakter yang harus dimiliki oleh pendidik adalah pribadi yang mantap, stabil, dan dewasa, disiplin, arif, dan berwibawa, contoh dan teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Melaksanakan program revolusi mental bagi pendidik sama halnya dengan menyelamatkan generasi penerus bangsa Indonesia. Dari sini dapat dipahami bahwa betapa pentingnya kita mendukung dan segera melaksanakan program revolusi mental dalam pendidikan, terutama revolusi mental untuk membangun karakter personel pendidikan, terutama pendidik. Dengan demikian, tidak akan ada lagi permasalahan kekerasan pendidik kepada peserta didik, tindakan asusila, kekerasan antar sesama teman, bullying, tawuran, narkoba, pelajar hamil di luar nikah, dan permasalahan lainnya dalam pendidikan seperti yang kita lihat di media sosial selama ini.