Latar belakang dari penelitian ini adalah bahwa perubahan atau transformasi yang terjadi pada dunia pesantren saat ini tidak lain hanyalah untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan. Hal ini agaknya lebih banyak disebabkan oleh faktor dasariah yang dimiliki pesantren, di antaranya adalah menjadi lembaga indigenous keindonesiaan yang menyimpan kekuatan dalam kemandirian dan nonsentralisme. Kekuatan ini pada akhirnya menjadi potensi luar biasa dalam melakukan usaha pemberdayaan masyarakat.
Dalam penelitian ini penulis memeiliki rumusan masalah: 1) Bagaimana pesantren dalam melakukan proses transformasi sosial menurut Suwendi M.Ag dalam buku Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam?. 2) Bagaimana respon pesantren dalam proses transformasi sosial menurut Suwendi M.Ag dalam buku Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam?.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menjelaskan tentang bagaimana pesantren dalam melakukan proses transformasi sosial menurut Suwendi M.Ag dalam buku Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. 2) Menjelaskan tentang bagaimana respon pesantren dalam proses transformasi sosial menurut Suwendi M.Ag dalam buku Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian yang diperoleh melalui pengumpulan data, maka dalam penganalisaannya penulis menggunakan kajian pustaka. Kajian dimulai dengan pelaksanaan kepustakaan. Dan penelitian analisis kandungan pemikiran yaitu analisis ini dilakukan untuk mengungkapkan isi sebuah buku.
Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa dalam buku Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam Karya Suwendi, M.Ag., meliputi: perubahan yang terjadi di dalam sistem pendidikan pesantren karena tuntutan dari kaum reformis pada abad ke-20. Pesantren merespon transformasi tersebut dengan wujud yang konkret yaitu: 1) Pembaruan substansi atau isi pendidikan pesantren dengan memasukkan subjek-subjek umum dan keterampilan (vocational). 2) Pembaharuan metodologi, seperti sistem klasikal dan penjenjangan. 3) Pembaharuan kelembagaan, seperti kepemimpinan pesantren, diversifikasi lembaga pendidikan. 4) Dan pembaharuan fungsi, dari fumgsi kependidikan untuk juga mencakup fungsi sosial-ekonomi.