Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pembelajaran multiple intelligences menurut Munif Chatib dalam buku Orangtuanya Manusia dan implementasi konsep pembelajaran multiple intelligences menurut Munif Chatib dalam buku Orangtuanya Manusia dalam perspektif pendidikan Islam.
Penelitian ini berupaya untuk mengungkap Konsep Pembelajaran Multiple Intelligences menurut Munif Chatib dalam Buku Orangtuanya Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam, maka jenis penelitian yang digunakan adalah kajian kepustakaan atau disebut library research yaitu penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian. Dalam mencari data menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analysis deskriptif, content analysis, dan interpretatif analysis
Hasil penelitian mengenai Konsep Pembelajaran Multiple Intelligences menurut Munif Chatib dalam Buku Orangtuanya Manusia adalah: Satu anak memiliki dua dimensi, fitrah anak cenderung pada kebaikan, anak itu raja, pembantu dan wazir, memberikan jawaban positif, anak adalah bintang, kemampuan anak seluas samudra, multiple intelligences antara bidang studi dan profesi, orang tua menjadi penyelam discovering ability, rumah, jangan menjadi mesin pembunuh bakat anak, orang tua harus menjadi sahabat sejati guru, kenali gaya belajar anak Dan implementasi konsep pembelajaran multiple intelligences menurut Munif Chatib dalam buku Orangtuanya Manusia dalam perespektif pendidikan Islam yaitu dengan berbagai macam metode pembelajaran pendidikan agama Islam yang disesuaikan dengan potensi dan kecerdasan anak. Misalnya, anak dengan kecerdasan musik dapat belajar dengan menggunakan metode talking stick, anak dengan kecerdasan interpersonal dapat belajar dengan menggunakan metode diskusi, anak dengan kecerdasan spasial-visual dan kecerdasan intrapersonal dengan menggunakan metode gambar visual, anak dengan kecerdasan matematis-logis dan kecerdasan naturalis dengan menggunakan metode analogi, anak dengan kecerdasan linguistik dan kecerdasan kinestetis dengan menggunakan metode sosiodrama, serta anak dengan kecerdasan eksistensial dengan mengajak anak untuk mempertanyakan soal keberadaannya.