Peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan pemerintah di antaranya adalah peningkatan anggaran pendidikan, mensertifikasi guru-guru, menyediakan berbagai fasilitas, dll. Namun, usaha tersebut dirasakan belum maksimal. Pendapat tersebut sesuai dengan laporan Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang berkedudukan di Hongkong, sebagaimana dimuat dalam The Jakarta Post (Vol.19, No.127:2001), diungkapkan bahwa sistem pendidikan Indonesia adalah yang terburuk di Asia. Peningkatan mutu akan lebih efektif bila dilakukan secara internal.
Manajemen pendidikan dalam meningkatkan mutu sekolah dikenal dengan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Penerapan SPMI diyakini akan dapat meningkatkan partisipasi seluruh elemen sekolah dalam menetapkan standar mutu, mengupayakan mutu, dan selanjutnya mewujudkan penjaminan mutu sekolahnya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana implementasi manajemen sekolah model sistem penjaminan mutu internal dalam meningkatkan mutu di SMK Negeri 1 Bangsri Jepara, 2) Faktor apa sajakah yang mempengaruhi manajemen sekolah model sistem penjaminan mutu internal dalam meningkatkan mutu di SMK Negeri 1 Bangsri Jepara. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data terdiri dari kepala sekolah berserta seluruh warga sekolah. Data penelitian berupa implementasi sekolah model SPMI di SMK N 1 Bangsri. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan, Teknis analisis data melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen sekolah model SPMI dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK N 1 Bangsri terdiri dari beberapa rangkaian program, yaitu penetapan standar mutu, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan pemenuhan, dan tahap evaluasi. Faktor yang mempengaruhi manajemen SPMI adalah adanya faktor penghambat dan faktor pendukung.
Sekolah model SPMI, diharapkan dapat berjalan lebih intensif dan ekstensif, serta dapat diimplementasikan pada sekolah imbas. Hal tersebut mampu berdampak positif bagi lingkungan sekolah, baik dari input maupun output siswa. Selain itu, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif peningkatan mutu bagi 5 (lima) sekolah imbas yang menjadi binaan sekolah model.