Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab kredit macet yang di alami oleh PT. BPR Nusamba Pecangaan. Besarnya nilai kredit yang disalurkan oleh PT. BPR Nusamba Pecangaan ternyata tidak sebanding dengan besarnya kredit yang di kembalikan oleh debitur, karena di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu internal dan eksternal.

Penelitian ini di latar belakangi oleh kebutuhan masyarakat Jepara pada dana segar atau modal untuk mengembangkan usahanya atau produktif maupun untuk konsumtif. Ketergantungan masyarakat Jepara kepada lembaga keuangan untuk mendapatkan modal usaha membuat semakin berkembangnya perusahaan pembiayaan di Indonesia dewasa ini, terutama di kabupaten Jepara dan menjadi tolok ukur betapa vitalnya peran lembaga keuangan dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dengan semakin meningkatnya konsumsi suatu produk barang dan jasa pada masyarakat di suatu daerah, dan di imbangi oleh peningkatan kucuran kredit yang diberikan lembaga keuangan untuk konsumtif dan untuk pelaku usaha, tingkat kredit macet/ NPL (Non performing loan) yang dialami lembaga keuangan juga semakin meningkat tiap tahunnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik triangulasi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh antara variabel satu dengan lainnya. Sedangkan pengujian yang dilakukan adalah observasi langsung terhadap perusahaan dan debitur yang bersangkutan..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel faktor kredit macet yang terjadi adalah variabel dari unsur 5C yaitu, character. Hal tersebut terjadi karena watak orang Jepara yang masih memandang sebelah mata atau menyepelekan pembayaran kredit, serta debitur memang mempunyai iktikad yang tidak baik, seperti pergi melarikan diri karena terlilit hutang, debitur menyalah gunakan dana kredit, variabel yang diketahui selanjutnya adalah faktor fluktuasi ekonomi dan faktor cuaca. Faktor tersebut terjadi karena rata-rata debitur memiliki usaha mebel dan berprofesi sebagai nelayan. Hasil tersebut sangat mengejutkan karena menurut data perusahaan bahwa debitur yang terhitung penghasilan tinggi dan tergolong mampu, justru mengalami kredit macet karena faktor fluktuasi ekonomi secara makro atau faktor cuaca.